the art of life

Hai! It's been a long time ya ngga mampir disini.

Kalo kata temen-temen gue sih gue anaknya ngangenin (biarpun mereka ngga pernah ngakuin. Tapi kalo gue ilang bentar pasti nyariin. Ya gt de. Wk.), kalo kalian kangen ngga sama gue? Kangen aja plis. Biar ada yang kangen. Hehe ngga deng, bercanda.

Pagi ini, seperti biasa, asisten rumah tangga gue membangunkan gue dengan pertanyaan yang selalu sama setiap pagi: "Mba, mau sarapan apa?"
dan selalu gue jawab dengan jawaban yang sama dalam keadaan setengah sadar: "Adanya apa?"
dan selalu dibalas lagi dengan jawaban yang sama: "Mba maunya apa?"
"Mama mau apa?"
"Mama nanya mba dulu maunya apa?"
"Yaudah. Soto." *kemudian tidur lagi*
(anyway, gue baru nyadar percakapan yang berulang-ulang tersebut di detik ketika gue nulis ini)

Biasanya setelah terjadi percakapan yang itu-itu terus setiap paginya, gue akan lanjut tidur. Kalo weekend, ya enak. Kalo weekdays, ya pasti huru-hara langsung akan terjadi di menit ketika gue terbangun dari tidur kedua gue.

Belakangan ini, banyak banget hal-hal penting yang terjadi di kehidupan gue sehingga hal tersebut membuat gue menomorkesekiankan menulis blog ini. Padahal, gue harus sering-sering latihan menulis karena banyak banget tugas kuliah semester ini yang mengasah kemampuan gue dalam menulis, ya artikel, ya resensi, ya mini skripsi, dll.

Hal-hal penting tersebut yang belakangan ini terjadi, banyak membuat gue belajar sedikit banyak tentang the art of letting go dan seni merasa bersyukur. Susah, susah banget, banget. Tapi, ternyata bisa dilewatin kalo emang bener-bener belajar esensi dari kedua seni kehidupan tersebut (BERAT BGT GA BAHASA GUE?!). Ternyata, yang gue tau, letting go isn't always so bad, banyak hal yang bisa membuat gue tersenyum setelah gue (pada akhirnya) melepaskan sesuatu atau beberapa hal dan bilang sama diri sendiri "Yaudahlah, Rie.." Bersyukur juga, bersyukur itu sekarang udah mulai jadi salah satu cara buat gue untuk senang, tenang, bahagia dan jadi ngga ribet sendiri. Ngga membesarkan hal-hal kecil, mencukupkan hal-hal yang ngga terlalu banyak jumlahnya, mensyukuri apa yang ngga orang lain miliki, dll. Biarpun gue tau, masih banyak hal-hal di dalam melepaskan sesuatu dan mensyukuri sesuatu yang perlu gue pelajari terus dan terus.

Seperti Sabtu pagi ini, ngga ada hal-hal spesial sebenernya yang terjadi, cuman percakapan sama ART gue yang berulang-ulang itu, permainan di iPad gue, berbincang sama Ibu, Kakak dan Adik gue, sarapan soto kesukaan gue, berbincang sama salah satu sahabat gue, kemudian gue merasa cukup dan sangat bersyukur, kemudian lagi gue merasa ada andil "sudah ikhlas melepaskan" dalam perasaan cukup dan sangat bersyukur gue ini.

Yang gue rasain sekarang, intinya, it's not always how special the moment is but how we make every moment special. Klise, tapi sukses membuat kopi gue pagi ini rasanya lebih enak daripada kopi-kopi di pagi sebelumnya.