Review on AADC2

"Lihat tanda tanya itu. Jurang antara kebodohan dan keinginanku memilikimu sekali lagi."

Kalimat itu seakan ngga bisa lepas dari otak gue selesai gue nonton Ada Apa Dengan Cinta? 2 (AADC2) di hari kedua penayangan serentak lanjutan film legendaris Indonesia tahun 2002 itu.

2002, waktu itu gue baru kelas 2 SD, masih bocah ingusan, kata "cinta" aja kayaknya belum pernah denger. Gue baru nonton AADC itu seinget gue waktu SD akhir atau SMP awal gitu beli DVDnya, gue lupa sebenernya gue kapan nonton AADC, tapi yang jelas gue nonton AADC itu bisa jadi lebih dari 5x. Seneng banget liat Rangga (Rangga itu salah satu faktor kenapa gue suka banget sama cowok pendiem, ganteng, ngga banyak ngomong, pinter suka nulis puisi. Hehe.), seneng banget liat Rangga dan Cinta, Rangga - Pak Wardiman, Cinta dan Milly, Maura, Karmen, Alya + Mamet. Buat gue AADC adalah refleksi sempurna masa remaja di Indonesia.

Tahun 2014, LINE ngeluarin iklan untuk feature Find Alumni mereka yang menurut gue canggih banget. AADC REUNION. Gue nontonnya deg-degkan sendiri, excited, setelah nonton efeknya jadi happy, baper, ya gitulah pokonya baper sih, gue anaknya disentil dikit gampang banget baper. Kangen Rangga, Cinta, Geng Cinta (yang waktu itu di iklan LINE, Mamet ngga muncul, jokes-nya dia masih ketinggalan di Bandara). Kayak diajak nostalgia singkat. Gue sama temen gue yang cinta AADC juga, excited banget, "Dim! Ini kalo ada AADC 2 epic banget sih!"

Dan.. Terjadilah! 2 tahun kemudian AADC2 rilis. Excited sekaligus deg-degkan juga, I didn't put my expectation too high on this. Gue baru sempet nonton di hari ke-2 penayangan, dan... Gue puas! I am satisfied on AADC2. That was what I want on a sequel.

Ceritanya sangat masuk akal, ngga dibuat-dibuat, that what the best on AADC2.

Baper kronis. Efek delusional-nya tinggi banget. Setelah nonton itu gue sama temen-temen gue keluar bioskop sambil senyum-senyum inget adegan-adegan tadi yang diputer. Seperti yang selalu gue percaya, it's not about the message, it's all about HOW you deliver the message.

Mungkin, kalau tanpa disertakan judul "AADC" filmnya akan biasa saja, mungkin kalau tanpa Nicholas Saputra (my baby love) dan Dian Sastro beserta Sissy Prescillia (She attracts the attention so much, seneng banget liat dia disini), Titi Kamal, Adinia Wirasti, dan Dennis Adhiswara, AADC2 juga akan biasa saja atau tanpa puisi-puisi karya Aan Mansyur, AADC2 bisa juga jadi biasa saja.

Jadi, when I want to write a review on this, I simply want to review AADC2 as a whole. Not only from the story, or the cast, or the photography, or the poem, and so on, tapi gue ingin melihat AADC2 ini sebagai satu kesatuan, yang ngga dipisah-pisah, bagimana sebuah film bisa benar-benar membangkitkan emosi penontonnya.

Sampai akhirnya gue tau kenapa gue suka banget film ini – I am sincerely giving 5/5 for this, btw – setelah gue nonton untuk yang kedua kalinya.
I can really relate myself to Rangga. Nonton AADC2 seperti nonton kisah diri gue sendiri dijadikan sebuah film, siapa yang ngga suka nonton film "sendiri"?
Gue akhirnya tau kenapa ini benar-benar bisa membangkitkan emosi gue (dan diikuti kebaperan setelahnya).

Selain faktor "gue" dalam review ini, in my opinion, AADC2 can really relate to much people. Ngga sedikit orang yang kayak Cinta, benci-benci tapi rindu dan sayang. Ngga sedikit juga kan orang yang kayak Rangga, kangen-kangen gengsi tapi akhirnya nyerah? Lebih lagi, terlihat banget semua orang yang terlibat dalam proses produksi ngerjainnya penuh cinta, excitment-nya somehow terlihat ketika gue nonton.

Menurut gue ini pas banget, banget! ditonton sama temen-temen SMA, atau SMP, se-geng gitu. Nonton rame-rame itu serunya bisa cekikikan banget, apalagi nuansanya nostalgia. Plus, added point-nya, AADC2 dibuat banyak banyolan (yang mostly dari Milly), entah sengaja atau ngga (tapi kayaknya sih sengaja), jokes yang dilemparkan ngga kaku dan beneran ngebuat seisi studio (so far 2 studio yang mana gue ada dilamnya) ngakak.
Lalu, AADC2 ini layak ditonton dua kali atau lebih, sendiri, biar fokus aja mendalami ceritanya. Karena yang pertama gue terlalu excited, ada beberapa part yang lost dari pendengaran dan penglihatan gue, nonton kedua kalinya jadi terasa jelas semuanya, and yes, it still got me smile kayak punya gebetan baru.

Mungkin telat sih gue bikin review ini, as on the 5th day penayangan, AADC2 sudah berhasil tembus 1.000.000 penonton. Tapi siapatau masih ada yang belum nonton, silahkan nonton, meski kalian mungkin ngga akan sesuka gue, but I'm sure setelah nonton akan ada perasaan hangat yang timbul di dada kalian.